Objek Wisata Ketapang

Kabupaten Ketapang merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Kalimantan Barat, terletak di antara garis 0º 19’00” - 3º 05’ 00” Lintang Selatan dan 108º 42’ 00” - 111º 16’ 00” Bujur Timur.
Dibandingkan kabupaten lain di Kalimantan Barat, Kabupaten Ketapang merupakan kabupaten terluas, memiliki pantai yang memanjang dari selatan ke utara dan sebagian pantai yang merupakan muara sungai.

Kali TS mau ngenalin beberapa Objek Wisata yang ada di Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat...

Ini adalah Keraton Kerajaan Matan terletak di Kelurahan Muliakerta, Kecamatan Benua Kayong, Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Keraton Raja Gusti Muhammad Saunan. Peninggalan sejarah yang populer di keraton ini adalah adanya meriam yang dikenal dengan nama Meriam Padam Pelita. Konon menurut cerita orang dulu apabila meriam ini dibunyikan maka seluruh Ketapang pada waktu itu, lampu pelitanya akan padam terkena bisa suara meriam ini. Yang lebih aneh lagi, diceritakan meriam ini meskipun kecil akan tetapi beratnya sangat luar biasa sehingga hanya kerabat keraton saja yang bisa mengangkatnya. Peninggalan lain yang cukup unik adalah koleksi aneka motif kain kerajaan yang sudah berusia 200-300 tahun, diantaranya motif corak nage belimbur, pelangi bekubak, corak linsang dan lain sebagainya yang tak kalah uniknya. Selain peninggalan-peninggalan tersebut terdapat juga aneka keramik dari berbagai dinasti dari Cina, Thailand dan Eropa. Masih banyak lagi deh gan pokoknya.
Spoilerfor Keraton:



Makam Keramat Tujuh Jln. Pangeran Kusuma Ratya, Muliakarta, Benua Kayong, Ketapang, Kalimantan Barat. Adalah komplek pemakaman tua tempat kerabat Kesultanan Matan dimakamkan gan. Setahu TS tempat ini terkenal angker gan.
Spoilerfor Makam Keramat Tujuh:



Pulau Sawi terletak di kecamatan Kendawangan, Ketapang , Kalimantan Barat. Di Pulau Sawi ini agan dapat menikmati indahnya pantai pasir putih, yang terhampar sepanjang pantai, biota laut, tradisi masyarakat setempat dan nyiur yang berjajar di sepanjang garis pantai. Visit Ketapang gan....
Spoilerfor Pulau Sawi:



Pantai Tanjung Belandang terletak di Sungai Awan kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Pantai ini tidak jauh dari pusat kota Ketapang, setiap tahunnya seperti saat lebaran pantai ini ramai dikunjungi warga.
Spoilerfor Pantai Tanjung Belandang:


Makanan Khas Ketapang, Kalimantan Barat



o Makanan : Asam Pedas Terong Asam, Asam Pedas Tempoyak, Ketupat Colet dan Sambal Ale-Ale, Serundeng Ale-Ale
o Kudapan : Jenurai, Bingke Kelapa Muda, Amplang, Kekicak, Jenjorong.
 Berikut ini Contoh dari makanan khas ketapang...

Ketupat Colet

Secara fisik, ketupat ini tak jauh berbeda dengan ketupat yang dikenal selama ini. Namun yang jadi perbedaan adalah cara memakannya. Cara memakannya juga cukup unik. Ketupat dan rendang sapi atau ayam maupun lauk yang lainnya tak langsung dicampur lalu dimakan. Tapi, cukup mencolekkan bagian ketupat ke rendang kemudian baru dimakan. Begitu seterusnya.
 Jenjorong


Asam Pedas Tempoyak



Sambal Ale – Ale

Cumi Asam Manis

Mengenal Adat Istiadat Orang Melayu Kayong Ketapang KalBar

Suku Melayu Kayung hidup di sekitar wilayah pantai, pulau-pulau kecil, dan pedalaman hutan di Ketapang. Dari kehidupan ini, terlihat kedekatan mereka dengan alam.
Orang Melayu Kayung memiliki sejarah asal-usul yang unik. Menurut M. Dardi D. Has (2008) dalam buku Kebudayaan, Adat Istiadat, dan Hukum Adat Melayu Ketapang, mereka adalah keturunan campuran dari Jawa (Prabu Jaya), Palembang (Sang Maniaka), Bugis (Daeng Manambon), Berunai (Raja Tengah), dan Siak (Tengku Akil).
Menurut asal-usul di atas, terlihat kebudayaan orang Melayu Kayung menjadi agak berbeda dengan masyarakat Ketapang pada umumnya. Meskipun mayoritas Islam, namun orang Melayu Kayung banyak mengadopsi ritual keyakinan lainnya, misalnya dalam upacara adat sunatan mereka membaca mantra-mantra dan meletakkan sesaji tertentu di sela-sela pembacaan Al quran. Mereka juga masih mempercayai pantangan-pantangan tertentu yang disebut pantang penti dan pamali.
Realitas ini menarik untuk dikaji lebih lanjut karena orang Melayu Kayung yang mayoritas muslim ternyata melakukan adat-istiadat yang di kalangan muslim pada umumnya ditolak.

Adat Terhadap Anak Perempuan

Orang Melayu Kayung memiliki tradisi unik sehubungan dengan anak perempuan. Seperti umumnya anak laki-laki yang disunat, maka demikian pula halnya dengan anak perempuan. Tentu saja cara sunat anak perempuan berbeda dengan laki-laki. Sunat ini bertujuan untuk menyucikan anak perempuan dari beberapa “kekotoran” yang dibawa dari lahir. Sunat perempuan juga ditujukan agar dijauhkan dari penyakit.
Sunat untuk anak perempuan adalah tradisi leluhur yang dilakukan ketika anak masih berumur kurang lebih 7-10 bulan. Sunat perempuan dilakukan oleh dukun atau bidan yang sudah ahli dan tidak boleh diwakilkan kepada orang lain.
Selain sunat, ketika anak perempuan menginjak umur 8-9 tahun, diadakan ritual mandi susu. Ritual ini lazimnya digelar bersamaan dengan mandi pengantin saudara perempuan sang anak, yaitu waktu pengantin melaksanakan ritual mandi tiga malam. Sang anak akan didandani seperti halnya pengantin. Adat ini merupakan inisiasi saat sang anak menginjak dewasa (masa peralihan). Ritual ini juga digelar saat seorang anak perempuan hamil tujuh bulan.
Satu lagi adat terhadap anak perempuan Melayu Kayung adalah belamin. Belamin atau lamin adalah ritual untuk anak perempuan bangsawan saat datang bulan pertama kali. Selama beberapa waktu, anak ditempatkan di dalam kamar (lamin) tertutup dan tidak boleh terkena sinar matahari. Di dalam lamin, sang anak melakukan bekase, yaitu membedaki dirinya sendiri dengan bedak buatan sendiri. Ritual ini memiliki makna agar anak pintar berhias dan percaya diri, khususnya untuk keluarga dan suaminya kelak.
Selama di dalam lamin, sang anak juga diajarkan tentang hal-hal yang berhubungan dengan kewanitaan. Setelah selesai waktunya, diadakan ritual turun lamin, yaitu si anak perempuan dikeluarkan dari lamin, setelah itu ia dianggap sudah siap menuju dewasa dan siap menikah.

Tetambe dan Kesambat

Selain adat terhadap perempuan, orang Melayu Kayung juga memiliki tradisi tetambe dan kesambat. Tetambe merupakan sistem pengobatan tradisional orang Melayu Kayung. Tetambe juga menjadi tradisi yang sakral dan unik dalam kehidupan mereka karena adanya akulturasi budaya yang dinamis antara kebudayaan Melayu dengan Jawa, Islam, dan Cina. Hal itu dapat dilihat dari perpaduan antara cara pengobatan dan mantra-mantra yang digunakan.
Orang Melayu Kayung juga mengenal istilah kesambat, yaitu penyakit akibat dirasuki makhluk halus. Kesambat biasanya akan diderita orang ketika berada di hutan. Penyakit ini hanya bisa diobati dengan tetambe dan mantra-mantra dari dukun. Mantra tetambe terbilang unik karena dilantunkan layaknya pantun. Berikut adalah salah satu mantra tetambe:

tetak kayu di hutan
tetak kuparas
aku menjampi kesambat orang di hutan
mintak nyaman mintak waras


Jasa para dukun masih dianggap penting dalam kehidupan orang Melayu Kayung hingga sekarang, meskipun sudah terdapat pelayanan medis yang lebih modern. Tetambe berupa ramuan tradisional dan mantra terkadang lebih dipercaya daripada resep dokter. Apalagi mantra itu menggunakan bahasa Arab atau diambil dari ayat Al quran.

Tapi sekarang budaya seperti itu mulai terkikis oleh pesatnya perkembangan zaman...
Bahkan adat istiadat mulai dilupakan...
Padahal seru gan kalau agan hadir dalam acara adat begitu, bisa kumpul dan mendengar cerita para orang tua tentang pengalaman hidup mereka, sejarah, dan lainnya...

PROFIL

SEDIKIT TENTANG SAYA
NAMA SAYA DEVIE TRI JULIANI
 BIASA DI PANGGIL DHEDE
SAYA LAHIR DI KETAPANG, 11 JULI 1995
UNTUK SEMENTARA SAYA TINGGAL DI PONTIANAK UNTUK MELANJUTKAN STUDY SAYA DI UNIVERSITAS KOMUNIKASI INFORMATIKA ( KIA ) PONTIANAK.

SEJARAH KETAPANG



SEJARAH SINGKAT KABUPATEN KETAPANG

Pada masa pemerintah Hindia Belanda, sejak tahun 1936 Kabupaten Ketapang adalah salah satu daerah Afdeling, yaitu merupakan bagian karesidenan Kalimantan Barat (Residentis Westerm Afdeling Van Borneo) dengan pusat pemerintahannya di Pontianak. Kabupaten Ketapang pada waktu itu dibagi menjadi tiga Onder Afdeling yang dipimpin oleh seorang Wedana, yaitu :

1. Onder Afdeling Sukadana di Sukadana terdiri dari 3 (tiga) Onder Distrik yaitu :
a. Onder Distrik Sukadana
b. Onder Distrik Simpang Hilir
c. Onder Distrik Simpang Hulu

2. Onder Afdeling Matan Hilir di Ketapang terdiri dari 2 (dua) Onder Distrik yaitu :
a. Onder Distrik Matan Hilir
b. Onder Distrik Kendawangan

3. Onder Afdeling Matan Hulu di Nanga Tayap terdiri dari 4 (empat) Onder Distrik yaitu :
a. Onder Distrik Sandai
b. Onder Distrik Nanga Tayap
c. Onder Distrik Tumbang Titi
d. Onder Distrik Marau

Afdeling Ketapang sendiri dibagi menjadi 3 (tiga) kerajaan yang dipimpin oleh seorang Panembahan, yaitu :

1. Kerajaan Matan :
- Onder Afdeling Matan Hilir
- Onder Afdeling Matan Hulu
2. Kerajaan Sukadana :
- Onder Afdeling Sukadana
3. Kerajaan Simpang :
- Onder Afdeling Simpang Hilir
- Onder Afdeling Simpang Hulu
Sampai dengan tahun 1942 kerajaan diatas masing-masing dipimpin oleh :
1. Gusti Muhammad Saunan di Kerajaan Matan
2. Tengku Betung di Kerajaan Sukadana
3. Gusti Mesir di Kerajaan Simpang.

Setelah masa pemerintahan Hindia Belanda berakhir dengan datangnya Jepang tahun 1942, Kabupaten Ketapang masih dalam status Afdeling. Perbedaannya terletak pada pimpinannya yang diambil alih langsung oleh Jepang.

Setelah masa kemerdekaan Republik Indonesia, dimana masih terjadi perebutan kekuasaan dengan pihak Pemerintah Belanda (NICA), bentuk pemerintahan di Ketapang masih tetap dipertahankan sebagaimana sebelumnya yaitu berstatus Afdeling yang disempurnakan dengan Staatsblad 1948 No. 58 dengan pengakuan adanya pemerintahan swapraja. Pada waktu itu Ketapang dibagi menjadi 3 (tiga) daerah swapraja, yaitu : Sukadana, Simpang dan Matan yang kemudian digabung menjadi sebuah federasi.

Pada masa pemerintahan Republik Indonesia, menurut Undang-undang No. 25 tahun 1956 maka Kabupaten Ketapang mendapat status sebagai bagian daerah otonom Propinsi Kalimantan Barat yang dipimpin oleh seorang Bupati sebagai Kepala Daerah.

Kabupaten Ketapang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820).


Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 tentang pembentukan Kabupaten Kayong Utara di Propinsi Kalimantan Barat, maka sejak tanggal 26 Juni 2007, 5 (lima) wilayah kecamatan di Kabupaten Ketapang dimekarkan menjadi satu kabupaten baru dengan nama Kabupaten Kayong Utara.


Nama-nama Kepala Daerah yang pernah menjabat di Kabupaten Ketapang sejak 1947 sampai sekarang, adalah :


1. R. Soedarto (1947 - 1952)
2. R.M. Soediono (1952 - 1954)
3. M. Hadariah (1955 - 1958)
4. Herkan Yamani (1959 - 1964)
5. Drs. Muehardi (1965 - 1966)
6. M. Tohir (1966 - 1970)
7. Denggol (Pj) (1970 - 1972)
8. Zainal Arifin (1973 - 1978)
9. Soehanadi (1978 - 1983)
10. Gusti Muh. Syafril (1983 - 1988)
11. Mas'ud Abdullah, SH (1988 - 1992)
12. Drs. H. Soenardi Basnu (1992 - 1998)
13. H. Prijono, BA (Plt) (1998 - 2001)
14. H. Morkes Effendi, S.Pd, MH (2001 - 2010)
15. Drs. Henrikus, M.Si (2010 - sekarang).

SEJARAH KOTA KETAPANG

Dalam Atlas Sejarah yang disusun oleh Muhammad Yamin (1965) untuk mengidentifikasi Nusantara Raya menurut Mpu Prapanca di dalam naskah Nagarakertagama, wilayah geografi kota Ketapang saat ini diberi nama Tandjungpura. Kemudian dalam peta pada masa kesultanan Riau-Johor (Harun : 2003), wilayah kota Ketapang dinamai Matan.
Perubahan nama wilayah geografis dari Tanjung Pura menjadi Matan dan kemudian Ketapang, tidak diketahui dengan pasti karena tidak ada catatan sejarah atau prasasti yang menunjukkan peristiwa itu. Namun perubahan nama tempat atau kota pada masa kerajaan diduga akibat perubahan letak kerajaan atau berubahnya raja yang berkuasa ditempat itu akibat suatu peristiwa tertentu (perang, bencana alam dan keputusan raja).
Kepastian sejarah mengenai berdirinya Kota Ketapang hingga saat ini masih samar. Namun dapat dikatakan bahwa Kota Ketapang merupakan salah satu kota tertua di wilayah Kalimantan Barat yang dibuktikan dengan keberadaan Kerajaan Tanjungpura - Matan di wilayah Kota Ketapang yang merupakan kerajaan tertua di Kalimantan Barat. Dugaan itu setidaknya didasarkan beberapa kronik Cina, Nagarakertagama, prasasti Waringin Pitu dan penelitian para ahli linguistik di kepulauan Indo-Malaya.
Dalam kronik Cina Chu Fan Chi yang dibuat oleh Chau Ju Kwa tahun 1225 M, Tanjungpura disebut dengan nama Tan-jung-wu-lo, dikatakan bahwa daerah ini sekitar tahun 1200 M merupakan jajahan raja Jawa. Periode sezaman dengan tarikh kronik ini, di Jawa berkuasa Raja Jenggala - Kediri terakhir yaitu Sri Jayawarsa/Kertajaya (1190 - 1205 M) serta merupakan periode pertama berdirinya kerajaan Singasari dengan rajanya yaitu Sri Ranggah Rajasa/Ken Arok (1222 - 1227 M). Maka apabila menggunakan tarikh dalam kronik Cina ini, Tanjungpura baik sebagai kerajaan maupun sebagai kota sudah berdiri pada sebelum tahun 1200 M. Namun letak wilayah geografisnya sulit ditentukan apakah dalam batasan "Kota Ketapang".
Chau Ju Kwa adalah seorang pedagang yang kemungkinan singgah di kota Tan Jung Wu Lo yang terletak di tepi pantai atau di dekat sungai. Sebagai pedagang antar negara, "perahu" yang dibawanya tentulah dengan tonase cukup besar, dan hanya bisa berlabuh dialur yang dalam dan luas. Diduga saat itu, lokasi kota Tan Jung Wu Lo berada dekat dengan pelabuhan, dan wilayah geografisnya saat ini mungkin terletak di "Ketapang Kecik", Kandang Kerbau (Sukabangun), atau sekitar kuala sungai pawan (Negeri Baru).
Dalam Nagarakertagama, Tanjungpura disebut sebagai daerah bawahan Majapahit. Naskah Nagarakertagama oleh Prapanca selesai ditulis pada tahun 1365 M, periode Raja Hayam Wuruk berkuasa (1350 - 1389 M). Selain menceritakan tentang kerajaan Majapahit, naskah tersebut juga menceritakan kerajaan Singasari (1222 - 1292 M). Salah satu alur sejarah yang dapat dicermati yaitu pada saat pelantikan Gajah Mada menjadi Mahapatih Amangkubumi (1334 M) oleh Sri Tribuana Tunggadewi (1328 - 1350 M) dia mengucapkan sumpah setianya (disebut Sumpah Palapa), dan Tanjungpura pada saat itu belum merupakan daerah bawahan Majapahit. Oleh karenanya salah satu isi sumpah Gajah Mada adalah akan menundukkan Tanjungpura (Atmodarminto : 2000).
Dalam Prasasti Waringin Pitu (1447 M), Tanjungpura (Tanjungnagara) sudah merupakan nama ibu kota negara bagian Majapahit untuk wilayah Pulau Kalimantan (Sehieke 1959). Pada masa itu, Majapahit dipimpin oleh raja Dyah Kertawijaya/Prabu Kertawijaya Brawijaya I (1447 - 1450 M). Letak geografis kota Tanjungpura tersebut sebagaimana yang identifikasi Pigeaud (1963), Djafar (1978), dan Muhammad Yamin (1965), adalah terletak didalam batasan wilayah "Kota Ketapang" yaitu sebelah selatan kota Ketapang (sekarang Negeri Baru).
Versi lain mengenai berdirinya kota Ketapang dapat ditinjau dari peristiwa sejarah yang sangat penting pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Zainuddin di Kerajaan Matan, yaitu peristiwa perampasan kekuasaan oleh saudaranya sendiri Pangeran Agung pada tahun 1710 M. Pangeran Agung yang gagal merebut tahta saudaranya, dipenjarakan (diasingkan) oleh Sultan Muhammad Zainuddin dengan membuatkannya suatu kota kecil lengkap dengan pelayannya (gundik) 40 orang. Dalam Sejarah Kalimantan Barat (Loutan 1973) daerah tersebut adalah Darul Salam. Orang Ketapang menyebut daerah tersebut Tembalok (tempat penjara raja) atau Sei Awan seberang Sukabangun. Dalam sejarah kerajaan Riau Johor dikatakan "dikurung dalam kota kecil sampai mati" (Ahmad 1985).
Hingga saat ini kesepakatan tentang hari jadi Kota Ketapang masih dalam proses kajian. Data diatas dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam penentuan hari jadi Kota Ketapang secara legal formal (berdasarkan rujukan hasil Diskusi Panel Adat Budaya dan Kelestariannya di Musyawarah Besar II Ikatan Keluarga Kerajaan Matan dan Tanjungpura tanggal 7 s/d 8 Agustus 2004).

KECAMATAN DI KAB.KETAPANG

Daerah Kabupaten Ketapang mempunyai luas wilayah 35.809 km² (± 3.580.900 ha) yang terdiri dari 33.209 km² wilayah daratan dan 2.600 km² wilayah perairan (sebelum pemekaran Kabupaten Kayong Utara). Namun setelah pemekaran Kabupaten Kayong Utara, maka wilayah secara keseluruhan mencapai 31.588 km2 dengan luas daratan 30.099 km2 dan luas perairan 1.489 km2, serta memiliki 20 kecamatan, yaitu:
1. Benua Kayong
2. Delta Pawan
3. Muara Pawan
4. Singkup
5. Air Upas
6.Kendawangan
7. Marau
8. Manismata
9.Tumbang Titi
10. Jelai Hulu
11. Sungai Melayu Rayak
12. Pemahan
13. Nanga Tayap
14. Hulu Sungai
15. Sandai
15. sungai laur
16.Simpang Dua
17. Simpang Hulu
18. Matan Hilir Utara
19. Muara Pawan
20. Matan Hilir Selatan.
 

SEJARAH KERAJAAN MATAN

Kabupaten Ketapang adalah salah satu kabupaten yang terdapat di Kalimantan Barat. Kabupaten Ketapang memiliki luas wilayah 35.809 km².
Kabupaten Ketapang terletak di antara garis 0º 19’00” – 3º 05’ 00” Lintang Selatan dan 108º 42’ 00” – 111º 16’ 00” Bujur Timur. Dibandingkan kabupaten lain di Kalimantan Barat, Kabupaten Ketapang merupakan kabupaten terluas, memiliki pantai yang memanjang dari selatan ke utara dan sebagian pantai yang merupakan muara sungai, berupa rawa-rawa terbentang mulai dari Kecamatan Teluk Batang, Simpang Hilir, Sukadana, Matan Hilir Utara, Matan Hilir Selatan, Kendawangan dan Pulau Maya Karimata, sedangkan daerah hulu umumnya berupa daratan yang berbukit-bukit dan diantaranya masih merupakan hutan.
Sungai terpanjang di Kabupaten Ketapang adalah Sungai Pawan yang menghubungkan Kota Ketapang dengan Kecamatan Sandai, Nanga Tayap dan Sungai Laur serta merupakan urat nadi penghubung kegiatan ekonomi masyarakat dari desa dengan kecamatan dan kabupaten.(Sumber Wikipedia )
Sejarah Kabupaten Ketapang
Masa pemerintahan Hindia Belanda
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, sejak tahun 1936 Kabupaten Ketapang adalah salah satu daerah (afdeling) yang merupakan bagian dari Keresidenan Kalimantan Barat (Residente Western Afdeling van Borneo) dengan pusat pemerintahannya di Pontianak. Kabupaten Ketapang ketika itu dibagi menjadi tiga Onder Afdeling, yaitu:
Sukadana, berkedudukan di Sukadana
Matan Hilir, berkedudukan di Ketapang
Matan Hulu, berkedudukan di Nanga Tayap
Masing-masing Onder Afdeling dipimpin oleh seorang Wedana.
Tiap-tiap Onder Afdeling dibagi lagi menjadi Onder Distrik, yaitu:
Sukadana terdiri dari Onder Distrik Sukadana, Simpang Hilir dan Simpang Hulu
Matan Hilir terdiri dari Onder Distrik Matan Hilir dan Kendawangan
Matan Hulu terdiri dari Onder Distrik Sandai, Nanga Tayap, Tumbang Titi dan Marau
Masing-masing Onder Distrik dipimpin oleh seorang Asisten Wedana.
Afdeling Ketapang terdiri atas tiga kerajaan, yaitu:
Kerajaan Matan yang membawahi Onder Afdeling Matan Hilir dan Matan Hulu
Kerajaan Sukadana yang membawahi Onder Distrik Sukadana
Kerajaan Simpang yang membawahi Onder Distrik Simpang Hilir dan Simpang Hulu
Masing-masing kerajaan dipimpin oleh seorang Panembahan. Sampai tahun 1942, wilayah-wilayah ini dipimpin oleh:
Kerajaan Matan oleh Gusti Muhammad Saunan
Kerajaan Sukadana oleh Tengku Betung
Kerajaan Simpang oleh Gusti Mesir. ( Sumber Wikipedia )
Keraton Kerajaan Matan Ketapang.
Keraton Kerajaan Matan Ketapang ini letak nya sangat strategis karena berada di pinggir jalan raya sehingga sangat mudah untuk di capai. Keraton Kerajaan Matan ini terletak di Jalan P.Kesuma Jaya. Kel. Mulya Kerta tidak jauh dari Mulya Baru.
Keraton ini memiliki arsitektur yang unik dengan warna kuning di setiap dinding keraton ini. Selain itu area di sekitar keraton juga bersih. Ketika sore keraton ini sudah mulai di tutup dengan pagar besi nya. Karena berada di pinggir jalan, untuk menjangkau lokasi keraton ini tidak terlalu sulit. Jikalau dari Mulya Baru menuju pasar Ketapang, melewati Jembatan pawan setelah itu baru sampai pada gerbang yang menandakan memasuki area keraton. Sebelum melewati Keraton terdapat 2 Gapura, Sebelum melewati Keraton dan sesudah melewati Keraton. Gapura ini juga bewarna kuning dengan atap yang terbuat dari kayu.
Keraton terlihat dari Pinggir Jalan

Gapura
Menambah keindahan keraton kerajaan Matan Ketapang ini adalah berada di seberang jalan ya itu di hadapan keraton terdapat Taman GM Saunan dengan berbagai tumbuhan tanaman hias. Sementara di pinggiran sungai pawan itu terdapat sejenis pondopo untuk bersantai ria. Rumput nya yang hijau dan rapi dengan bunga yang tertata rapi menambah keasrian taman yang berada di seberang jalan Kerajaan Matan Ketapang ini. Sementara itu juga terdapat tiang bendera yang menjulang tinggi. Dan meriam yang menghadap kesungai ini juga terdapat di keraton Kerajaan Matan ini.
Untuk mengunjungi Kabupaten Ketapang bisa menggunakan jasa transportasi air atau transportasi udara. Untuk transportasi air harus pesan tiket terlebih dahulu. Bisa menggunakan kapal express kelas ekonomi, Executive atau Vip, tergantung bujet yang kita punya. Dan pelabuhan yang menjadi andalan adalah pelabuhan Seng Hei yang berada di jalan Barito Pontianak.

Sample Text

Sample Text

Sample text

Artikel Terbaru

Sample Text

SELAMAT DATANG DI BLOG TENTANG KETAPANG

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Social Icons

Social Icons

Popular Posts

Followers

Featured Posts